(http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=160593)
Pagi itu belia sengaja jalan-jalan ke daerah Bandung Selatan, berharap bisa ketemu temen-temen baru di sekitar Banjaran yang asik buat diajak kenalan. Bener aja, nggak nyesel deh belia udah jauh-jauh meluncur sampai ngelewatin sungai Citarum dan ketemu gerombolan andong, karena di sinilah akhirnya belia bisa ketemu sama temen-temen baru dari Madrasah tsanawiah (MTs.) Persatuan Islam (Persis) 31 Banjaran.
Lokasi sekolah yang setingkat dengan sekolah menengah pertama ini cukup bikin belia mengelus dada karena lega. Semula sempet khawatir bakal nyasar, eh..tapi ternyata sekolah ini cukup strategis loh. Letaknya nggak jauh dari Alun-alun Banjaran. Sekitar seratus meter dari Jalan Pajagalan, kita sudah bisa melihat bangunan tingkat bercat hijau. Ya, di situlah teman-teman MTs. Persis 31 belajar setiap harinya. Baru aja memasuki gerbang utama, belia udah disuguhi pemandangan yang mungkin sulit dijumpai di sekolah-sekolah menengah pertama lainnya.
Kebetulan saat itu emang waktunya istirahat. Terlihat segerombolan siswa cowok lagi nangkring di depan kantin dan terkesan menunggu sesuatu. Sempet heran juga sih, sebenernya apa ya yang mereka tunggu? Ternyata, mereka lagi menunggu siswa cewek yang saat itu lagi memenuhi kantin. Dan betul aja, setelah segerombolan cewek berjilbab kuning itu keluar, barulah para cowok masuk dan siap menyerbu jajanan.
"Di sini, kita memang belajar untuk bisa membatasi diri, terutama antara Rijalul Ghad (santri laki-laki) dengan Umahatul Ghad (santri perempuan)," ujar Risma Ma’rifah, salah satu siswa sekolah yang kini duduk di kelas tiga. Alasan itulah yang akhirnya membuat para orang tua memutuskan untuk menyekolahkan anaknya di sini. "Bedanya dengan sekolah lain, kita di sini tidak hanya belajar tapi juga membina akhlak, membangun keimanan. dan ketakwaan siswa, intinya mengutamakan akhlakul karimah siswa," kata Pak Asep Sahidi Rahmat, bagian kesiswaan sekaligus pembina Rijalul Ghad dan Umahatul Ghad. Meski begitu, sekolah yang terdiri dari lima kelas di setiap tingkatannya ini pun lantas nggak memisahkan kelas untuk siswa perempuan dan laki-laki. Sama seperti sekolah umum, siswa laki-laki dan perempuan berbaur dalam satu kelas.
"Tapi, kita tetap harus saling menjaga dan membatasi diri," tambah Risma. Nggak heran kalau mereka bisa tetap fokus belajar, meski harus dihadapi dengan jumlah mata pelajaran yang luar biasa, 33 mata pelajaran! Percayalah, dengan waktu belajar yang sama dengan sekolah umum—belajar dari pukul 7 sampai 2 siang, mereka harus bisa menguasai mata pelajaran yang jumlahnya 3 kali lipat dari sekolah umum. Madrasah tsanawiah ini terdiri atas 3 kurikulum yang berbeda, yaitu kurikulum MTs. dari Persis, kurikulum dari Departemen Agama, dan kurikulum umum dari Departemen Pendidikan.
Jadi, siswa nggak hanya belajar biologi, fisika, geografi, atau bahasa Inggris aja, tapi juga belajar pendalaman soal keagamaan, seperti fikih, tausyiah, syariah, tauhid, tarikh, dan sejarah kebudayaan Islam. Bahkan, temen-temen di sini juga belajar dengan menggunakan empat bahasa, bahasa Indonesia, Sunda, Inggris, dan Arab. Yaa..pantes aja kalau beberapa jebolannya kemudian dapat beasiswa dan melanjutkan studi di univeristas di negara-negara Arab, seperti Mesir.
Kegiatan rutin mereka setiap pagi adalah mengikuti apel, dan siangnya mereka akan salat zuhur berjamaah di masjid sekolah yang bisa menampung sekitar 300 orang itu. Hebatnya, setelah salat dzuhur berjamaah ini, salah satu teman mereka akan maju ke depan podium dan berdakwah. Nggak kalah dengan sekolah umum, MTs. ini punya segudang aktivitas dan ekstrakurikuler. Uniknya, nama-nama ekskul ini mereka beri panggilan yang khas. Seperti KIS (Karya Ilmiah Santri), BTC (Baca Tulis Club), Sanset alias Santri Sehat (sejenis PMR), dan teater. Buat olah raga, mereka punya ekskul badminton, pingpong, dan futsal. Okenya lagi, mereka juga punya ekskul drumband. Ekskul yang satu bisa dibilang sebagai ekskul yang paling diminati dan dibanggakan. Gimana enggak, bulan September lalu aja, drumband MTs. Persis ini diundang untuk tampil dan menyambut Presiden SBY dalam rangka muktamar tingkat nasional di Tasikmalaya. MTs. ini juga sering kali menjuarai lomba puisi dan pidato. Kemarin aja, sekolah ini berhasil menyabet juara 3 pidato bahasa Arab tingkat kabupaten.
Kalau tiap tahun SMP lain menggelar bazar, MTs. Persis juga nggak pernah ketinggalan. Gelaran tahunan ini mereka sebut Akhat, terbuka untuk umum dan warga sekitar yang ingin menyaksikan aksi teman-teman MTs.. Di Akhat inilah mereka berekspresi menampilkan kesenian dan kreativitas mereka. Selain lingkungannya yang Islami dan anak-anaknya yang berprestasi, sekolah ini juga punya aturan sekolah yang istimewa dan unik. Di MTs. Persis, hari Minggu sama saja dengan hari-hari lainnya, tetap pakai seragam dan tetap belajar di sekolah. Haaa, jadi mereka gak dapet libur? Dapetlaaah, tapi libur itu jatuh pada hari Jumat.
"Ya karena hari besarnya umat Islam itu kan hari Jumat, maka di hari itu anak-anak diliburkan, bebas melakukan aktivitas di luar sekolah," kata Pak Asep.
Hari libur yang ‘tidak biasa’ ini juga bisa melatih mental anak-anak didiknya untuk bisa ikhlas. Nggak masalah kok, meski pertama sempet kaget juga. Kami semua menghargai, karena dari jaman Rasul juga kan Lebaran mingguan umat Islam itu ya hari Minggu,"ungkap Risma. Hmmm..udah aktif, pintar, santun, dan berakhlak juara? Dua jempol deh buat teman-teman kita dari Banjaran ini!***
Siap-siap Dapet Giliran Dakwah
Ada yang menarik setiap habis salat Zuhur berjamaah di sekolah ini. Salah seorang santri akan maju ke podium untuk memberikan dakwah! Setiap harinya akan ada seorang santri yang ditunjuk dan diberi waktu sekitar 10 menit untuk berdakwah. Teknisnya memang nggak asal tunjuk, tapi berurutan sesuai dengan kelas. Siapa pun bisa terpilih, semua pasti kebagian dan dapet giliran.
"Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri santri. Selain itu juga untuk saling mengingatkan, ya..amal makruf nahi munkar," seru Pak Asep.
Soal topik, santri-santri di sini diberi kebebasan untuk memilih topiknya masing-masing. "Sesuai kreativitas santri," begitu kata Pak Asep.
"Deg-degan sih waktu pertama dapet giliran dakwah. Apalagi pas di depan dan ngeliat orang-orang, tapi lama-lama ya kebiasa jugalah," kata Byan, santri yang udah empat kali kebagian giliran ini.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk Post-kan komentar:
mulailah mengetik komentar anda kemudian pada kolom select profile pilih Anonymous..(pilih yag lain juga boleh, jika ada. Kemudian Klik 'Poskan komentar'.
Wilujeng!!!