26 Mei 2009
Mujahid Dakwah
Judul : Mujahid Dakwah
Penulis : K.H.M Isa Anshary
Cetakan : Diponegoro, Bandung
Jumlah Halaman : 318 Halaman
Resumer : Dhanyawan Haflah
Manajemen Pendakwah
K.H.M, Isha Anshary di dalam masa pengasingannya, dengan semangat da`i yang terpatri, berusaha membuat sebuah potret dan penomena kehidupan dakwah pada masa itu. Tetapi sekiranya walaupun buku yang hadir dengan judul Mujahid Dakwah ini lebih penuh dan syarat dengan pengalaman serta kasus yang bisa diambil sebagai cerminan bagi diri mujahid dakwah hingga saat ini.
Salah satu refleksi yang bisa dimanfaatkan, buku ini merupakan pegangan bagi yang hendak atau sudah berbaur dengan darah perjuangan. Entah apa yang terjadi kiranya pada sebuah manajemen dakwah yang bermutu bahkan teruji kalaulah tidak didukung dengan Sumber Daya Manusia yang akan menggunakannya.
Istidlal dari buku ini adalah Manajemen Pendakwah. Walaupun terasa sulit untuk membongkar ideal sang penulis, semoga resume dibawah ini bisa direfleksikan kedalam kehidupan pendakwah, mencakup pen-sistemasi-an buku yang ditulis berdasarkan pengalaman waktu dulu, sehingga terangkum dalam beberapa aspek yang berkaitan dengan manajemen da`i, di antaranya:
1. Kemampuan yang perlu dimiliki seorang juru dakwah
Dari beberapa uraian dalam buku, ada beberapa hal yang berkaitan dengan kemampuan yang mendukung seorang yang akan atau telah terjun langsung dengan kegiatan dakwah. Seperti diantaranya, kemampuan berdakwah dengan tulisan selain kemampuannya berdakwah lewat podium, sehingga memberi kesan bahwa dakwah tidak melulu dengan berdiri dilapangan. Dan dalam konteks kekinian, dimungkinkan seorang da`i perlu mangikuti pula perkembangan teknologi yang membuka kesempatan untuk berdakwah lebih luas misalnya lewat Televis dan internet yang disesuaikan dengan keperluan berdakwah.
Hal itu, dengan pengambilan contoh negara-negara, Islam dan Non Islam, yang sanggup bangkit kembali dengan perantara lisan dan tulisan seorang “pahlawan” pada jamannya.
Selain itu disiplin Ilmu yang lain pun perlu dimiliki oleh seorang penda`i, dalam buku itu disebutkan berbagai ilmu yang perlu dikuasai diantaranya: Ilmu pengetahuan Islam, Perbandingan agama, Sejarah baik dunia Islam ataupun Indonesia bahkan dunia, Filsafat, Kebudayaan/ kesenian, politik Islam dan Nasional serta Internasional, Psikologi sosiologi, Ideologi Islam atau pancasila dan lainnya. Namun bukan berarti itu saja yang perlu dimiliki, tetapi seorang da`i dituntut untuk tahu lebih banyak hal disamping keilmuan tentang Islam
Ideologi dan Strategi
1. Cita dan Cinta
Perjuangan adalah menjalankan tugas yang dibebankan oleh keyakinan, risalah yang diletakan oleh Iman dan Agama. Juru dakwah atau Mubaligh Islam adalah pendukung Cita karena Cinta. Konsekuensi sebagai juru dakwah dan pejuang adalah berkorban, apa saja yang dimnta oleh perjuangan. Berhadapan dengan cita dan cinta inilah, fana dan lenyaplah dirinya, tiada perhitungan untung dan rugi, pecah dan binasa bahkan hidup dan mati.
2. Idealisme
Rumus idealisme perjuangan yang jelas dan cerah serta penetapan strategi yang baik menjadi pedoman berjuang yang mencegah kita terapung dalam dakwah. Para Juru dakwah dan mubaligh Islam perlu kemuka dengan wajah yang terang, konsep perjuangan, strategi umum yang diletakan dalam perjuangan cita agar tidak ada kesimpangsiuran dalam perjuangan. Perjuangan yang bermutu ialah jika para pejuang maju dengan idealisme perjuangan jelas.
3. Membajakan Diri
Untuk tugas mulia itu dibutuhkan hal yang bisa menguatkan keimanan dalam posisi yang siap. Hal itu ditunjukan dengan harus adanya Istiqamah, Khasyah, Hikmah, Taqwallah, Tawakal, Shabar, Ikhlas Ridlo, Izzatunnafsi, Hubbillah, Maghfirrah, Sakinah, dan yang tentunya ada hal lain selain hal yang disebutkan dibuku yang bisa digunakan untuk menguatkan untuk berjuang, yang lebih berkaitan dengan aspek lingkungan dan keadaan pribadi.
4. Organizer
Kegiatan operasi ideologi yang dijalankan dalam kurun beberapa waktu dapat mengumpulkan puluhan dan ratusan ribu pengikut. Tetapi jika hasil itu tidak dapat ditampung oleh tangan organisator, penyusun dan pembangun, maka akan berserakan kembali. Operasi yang dilancarkan dan berhasil, menuntut adanya “Follow up”. Lidah pendakwah dan tangan organisaror adalah satu keharusan.
Akhlaq dan Uswah Hasanah
1. Sebagai Juru dakwah, mubaligh adalah sorotan umat, cermin dan penerang. Ilmu yang banyak, pengalaman, perjuangan, kemahiran berdakwah dengan berbagai cara dan sistemnya, semua itu akan tidak ada harganya, kalaulah akhlaq penda`i itu sendiri rendah, moral yang bejat, hanya mampu mangajak tanpa berbuat.
2. Kehidupan Rumah Tangga yang diuraikan dalam buku juga bisa dimasukan dalam kategori ini. Banyak benar terlihat, seorang pemimpin yang sukses dan gemilang dalam masyarakat, tetapi gagal dalam rumah tangga. Banyak pula orang yang pada masa mudanya aktif berjuang, tetapi lumpuh sewaktu dia telah berumah-tangga.
Penulis tidak menganjurkan agar penda`i tenggelam terus dalam masyarakat dan sang istri bergelut dengan asap dapur yang mengepul, tetapi perlu adanya pembagian tugas dan tanggungjawab. Tugas seorang istri di rumaht-angga jangan dianggap tidak ada hubungannya dengan kemasyarakatan. Seorang Istri harus mengerti tugas seorang da`i ketika harus membukakan pintu malam-malam karena sang suami pulang mengaji.
Rumah tangga juru dakwah harus aktif berdakwah dengan teladan yang baik, bertabligh dengan uswah hasanah, memberi contoh dengan suri tauladan. Lidah si tukang dakwah akan kaku berbicara di muka umum, kalau rumah tangga sendiri bukanlah rumah tangga Islam.
Cerdas menghadapi kasus dan latihan
Dalam buku ini sang penulis juga mengetengahkan pembahasan mengenai kasus yang sering terjadi pada masa itu dalam proses dakwah. Di anataranya tentang Ushul dan Furu’, Dakwah melawan penjajah, Mimbar politik dan parlemen. Permasalahan Khilafiyyah dan bid’ah yang sering terjadi dan pemecahan masalahnya juga diketengahkan dalam buku ini. Politik dan penjajahan menjadi lahan tersendiri bagi dakwah pada masa itu. Pada masa sekarangpun bisa dikiaskan bahwa perjuangan dakwah akan mendapatkan tantangan dan rintangan yang khas dalam setiap kegiatan. Dan dakwah penda`i harus lah bisa memenuhi keinginan masyarakat atas hal yang menjadi permasalahan.
Sebagai pelengkap bagi kemahiran seorang pendakwah, Dalam buku ini juga ada pembahasan tentang kegiatan dan latihan. Diantara yang dicontohkan seperti: Latihan Lidah, latihan dakwah dengan cara merumuskan dan melahitrkan pendapat didepan orang banyak dimulai dikalangan teman seperjuangan dan meminta pendapat para ahli. pendakwah dapat memenuhi tuntutan untuk lebih selektif memilih bahan untuk kajian sesuai dengan kebutuhan ummat dengan latihan dan jam terbang.
Jika dilihat semua itu berkaitan dengan dakwah lisan, tentunya untuk saat ini bisa dengan berlatih berbagai media untuk dakwah seperti latihan menulis sebagai lanjutan kemampuan menulis, melatih kemampuan komputer jangan sebatas taraf bisa.
Pesan Terkahir penulis diurai dengan untaia ayat: Qum Faandzir, warabbaka fakabbir, wasyiyabaka fathihhir, warujza fahjur, wala tamnun tastaktsir walirabbika fashbir. Dan memungkas tulisan dengan lampiran tentang Aqidah, Jama`ah dan Imamah.
Wallahu a’lamu
Bojongkunci, 08 Mei 2007
Kidnapper
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk Post-kan komentar:
mulailah mengetik komentar anda kemudian pada kolom select profile pilih Anonymous..(pilih yag lain juga boleh, jika ada. Kemudian Klik 'Poskan komentar'.
Wilujeng!!!